#6 Particulate Matter (PM2.5)
Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel kecil yang
terdiri dari campuran zat kimia dan bahan organik yang dapat terhirup ke dalam
paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Partikel ini sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan. PM2.5 adalah partikel kecil dengan diameter
aerodinamik kurang dari 2,5 µm. Partikel ini dapat berasal dari berbagai sumber
seperti pembakaran bahan bakar fosil, industri, transportasi, dan kebakaran
hutan. PM2.5 dapat terhirup ke dalam paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah,
sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan
pernapasan, penyakit jantung, dan kanker.
Penyebab cemaran PM2.5, diantaranya,
- Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
- Industri seperti pabrik semen, pabrik kertas, dan pabrik kimia.
- Transportasi seperti kendaraan bermotor dan pesawat terbang.
- Kebakaran hutan dan lahan.
Cemaran PM2.5 di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi udara yang tinggi. Jakarta adalah salah satu kota yang paling tercemar di dunia. PM2.5 di Jakarta melebihi batas aman yang ditetapkan oleh WHO. Beberapa faktor penyebab cemaran PM2.5 di Indonesia antara lain:
- Kebakaran hutan dan lahan.
- Pembakaran sampah.
- Industri dan transportasi yang tidak ramah lingkungan.
Berikut ini adalah data beserta analisis mengenai
cemaran PM2.5 yang terbagi atas beberapa pulau besar atau wilayah di Indonesia pada
rentang waktu 1998-2018
Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di wilayah
Sumatera mengalami beberapa kali puncak signifikan pada tahun 2002, 2006, dan
paling tinggi tahun 2015, yakni sebesar 27,404 µg/m3. Sementara itu,
konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 paling rendah atau kecil terjadi pada tahun
1998 sebesar 10,8241 µg/m3. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2016, yaitu
dari 27,404 µg/m3 menjadi 15,3806 µg/m3. Laju kenaikan konsentrasi rata-rata
cemaran PM2.5 dapat diketahui dengan persamaan garis regresi dari grafik
diatas, yakni y = 0,2819x - 549,48. Nilai b pada persamaan tersebut menunjukkan
positif terjadinya kenaikan konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5.
Wilayah Jawa
Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di wilayah Jawa
cenderung mengalami kenaikan agak konstan dibandingkan wilayah Sumatera. Nilai
terendah konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 terjadi pada tahun 1998, yakni
sebesar 14,3546 µg/m3 dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2014, yaitu
sebesar 22,9723 µg/m3. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2017, yaitu dari
tahun 2016 sebesar 21,6197 µg/m3 menjadi
17,8707 µg/m3. Persamaan garis regresi dari grafik diatas adalah y = 0,2712x -
525,29 yang menunjukkan kenaikan konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 dari tahun
1998-2018.
Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di wilayah Bali dan Nusa Tenggara cenderung mengalami perubahan konstan. Nilai terendah konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 terjadi pada tahun 2003, yakni sebesar 8,46 µg/m3 dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 11,9322 µg/m3. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2017, yaitu dari tahun 2015 dan 2016 sebesar 10,9405 µg/m3 dan 10,1045 µg/m3 menjadi 9,12475 µg/m3. Persamaan garis regresi dari grafik diatas adalah y = 0,0732x - 137,05 yang menunjukkan kenaikan konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 kecil dibandingkan wilayah Sumatera dan Jawa dari tahun 1998-2018Wilayah Kalimantan
Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di wilayah
Kalimantan mengalami perubahan yang tidak stabil atau labil karena terjadi
kenaikan dan penurunan signifikan pada rentang 2 tahun. Puncak konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 ¬ terjadi
pada tahun 2002, 2004, 2006, 2009, dan paling tinggi pada tahun 2015 sebesar
37,0904 µg/m3. Nilai terendah konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 terjadi pada
tahun 2000, yakni sebesar 8,74382 µg/m3. Penurunan signifikan terjadi pada
tahun 2016, yaitu dari tahun 2015 sebesar 37,0904 µg/m3 menjadi 12,1211 µg/m3.
Persamaan garis regresi dari grafik diatas adalah y = 0,2572x - 498,47 yang
menunjukkan kenaikan konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 dari tahun 1998-2018.
Wilayah Sulawesi dan Maluku
Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di wilayah
Sulawesi dan Maluku cenderung mengalami perubahan konstan. Nilai terendah
konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 terjadi pada tahun 1998, yakni sebesar
7,79383 µg/m3 dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar
13,8448 µg/m3. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2016, yaitu dari tahun
2014 dan 2015 sebesar 13,8448 µg/m3 dan 12,6665 µg/m3 menjadi 10,9615 µg/m3. Persamaan garis
regresi dari grafik diatas adalah y = 0,1895x - 369,04 yang menunjukkan
kenaikan konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 dari tahun 1998-2018.
Wilayah Papua
mengalami kenaikan dari tahun 1998 hingga 2018. Nilai
tertinggi konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 terjadi pada tahun 2014, yakni
sebesar 15,1938 µg/m3. Nilai terendah konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5
terjadi pada tahun 1998, yakni sebesar 3,33625 µg/m3. Penurunan signifikan
terjadi pada tahun 2016, yaitu dari tahun 2015 sebesar 14,5098 µg/m3 menjadi
10,9615µg/m3. Persamaan garis regresi dari grafik diatas adalah y = 0,3633x -
718,55 yang menunjukkan laju kenaikan konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5
tinggi dibandingkan wilayah lainnya dari tahun 1998-2018
Dengan demikian, dari data diatas dapat diketahui,
PM2.5 dikategorikan dalam level
Baik (0-15 µg/m3)
Sedang (15-55 µg/m3)
Tidak Sehat (55-150 µg/m3)
Sangat Tidak Sehat (150-250 µg/m3)
Berbahaya(>250 µg/m3)
Rata-rata konsentrasi PM2.5 di Indonesia dalam kondisi
baik hingga sedang.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari cemaran PM2.5
- Gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, dan pneumonia.
- Penyakit jantung seperti serangan jantung dan stroke.
- Kanker paru-paru.
- Dampak pada janin dan bayi seperti kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Cara mencegah dan mengatasi dampak yang ditimbulkan dari cemaran PM2.5
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan beralih ke transportasi umum atau sepeda.
- Menggunakan teknologi ramah lingkungan di industri dan transportasi.
- Menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.
- Menanam pohon dan menjaga kelestarian hutan.
- Menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
Apik e
BalasHapusTanpa kita sadari ternyata terdapat bahaya yang sangat dekat dengan kita ya, misalnya PM 2,5. Terima kasih atas artikelnya
BalasHapussama-sama kak
Hapustapi perlu diperhatikan juga ya penggunaan maskernya, jangan sampai limbah masker menjadi masalah baru untuk lingkungan
BalasHapuswah benar sekalii kak
Hapus